Jumat, 05 Februari 2016

Laporan Farmasi Fisik I - Koefisien Partisi



A.    TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah Mengetahui pengaruh pH terhadap koefisien partisi obat yang bersifat asam lemah dalam campuran pelarut kloroform – air.
B.     LANDASAN TEORI
Koefisien distribusi atau koefisien partisi didefinisikan sebagai perbandingan antara fraksi berat solute dalam fase ekstrak dibagi dengan fase berat solute dalam fase rafinat dalam keadaan kesetimbangan (Kasmiyatun, 2008).
Koefisien partisi tiap zat adalah tetap sesuai dengan sifat alamiah zat itu sendiri. Psa adalah rasio konsentrasi zat dalam sediment dan air. Tingkat partisi antara media air dan biota tergantung pada sifat-sifat zat yaitu hidrofilik (suka air), lipofilik (suka lemak) dan organofilik (suka zat organik). Partisi zat dalam udara dan tanah tidak dapat langsung udara dan tanah tetapi melalui intermedia air tanah. Zat-zat udara masuk ke dalam pori tanah berisi air tanah. Zat itu kemudian terlarut dalam air tanah, yang dapat siap berpartisi dengan partikel tanah. Sebaliknya, zat-zat dalam partikel tanah dapat berpartisi dengan air tanah untuk selanjutnya dengan udara (Mangkoedihardjo, 2005).
Lipofilisitas bisa dilihat dari koefisien partisi dan ikatan hidrogen. Koefisien partisi merupakan perbandingan kelarutan di dalam lemak dibanding air. Cl bersifat lipofil (+), sedangkan OH hidrofil (-). Proses awal penentu obat dalam mencapai target adalah penetrasi atau absorpsi. Penetrasi obat dalam membran biologi tergantung pada kelarutan obat dalam lipid. Makin mudah larut dalam lipid, obat tersebut makin mudah menembus membran dan makin banyak yang diabsorpsi. Hal ini disebabkan sebagian besar membran biologi tersusun oleh lipid, seperti membran sel pembungkus lambung, mukosa usus halus dan membran jaringan syaraf. Obat supaya mudah larut dalam lipid harus bersifat non polar atau lipofilik. Lipofilisitas obat dapat didefinisikan sebagai kadar keseimbangan numerik kadar obat dalam fase polar dibagi kadar obat dalam fase non polar. Adapun parameter lipofilisitas yang sering digunakan dalam hubungan kuantitatif struktur dan aktivitas biologi antara lain adalah logaritma koefisien partisi, tetap-an pi (π) Hansch, tetapan fragmentasi F Nys Rekker dan harga Rm. (Gunardi, 2009).
Untuk meningkatkan fluks obat yang melewati membran kulit, dapat digunakan senyawa-senyawa peningkat penetrasi. Fluks obat yang melewati membran dipengaruhi oleh koefisien difusi obat melewati stratum corneum, konsentrasi efektif obat yang terlarut dalam pembawa, koefisien partisi antara obat dan stratum corneum dan tebal lapisan membran (Sukmawati, 2010).

C.     ALAT DAN BAHAN
1.                    Alat
Alat – alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
Ø  Batang Pengaduk
Ø  Buret 25 ml
Ø  Corong
Ø  Erlenmeyer 250 ml
Ø  Filler
Ø  Gelas Kimia 250 ml
Ø  Gelas Ukur 50 ml
Ø  Pipet Tetes
Ø  Pipet Volum 25 ml
Ø  Statif & Klem
Ø  Timbangan Analitik
2.      Bahan
Bahan – bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
Ø  Alkohol 95 %
Ø  Asam Salisilat
Ø  Aquadest
Ø  Indikator Fenolftalein
Ø  Kloroform
Ø  NaOH

E.     HASIL PENGAMATAN
1.      Tabel Hasil Pengamatan

No

Perlakuan
HASIL
Sebelum
Sesudah
1
Larutan Fase Air 5 ml + 5 tetes Indikator Fenolftalein
Larutan Bening
Penambahan NaOH 15 ml menghasilkan Larutan Merah Muda
2
Larutan Fase Air 10 ml + 5 tetes Indikator Fenolftalein
Larutan Bening
Penambahan NaOH 7 ml menghasilkan Larutan Merah Muda

2.      Gambar Hasil Pengamatan
No
Perlakuan
Hasil
Sebelum
Sesudah
1
5 ml fase air dimasukan kedalam Erlenmeyer & ditambahkan 5 tetes indikator fenolftalein dan dititrasi dengan 15 ml NaOH



2
10 ml fase air dimasukan kedalam Erlenmeyer & ditambahkan 5 tetes indikator fenolftalein dan dititrasi dengan 7 ml NaOH



F.      PEMBAHASAN
Koefisien partisi merupakan suatu perbandingan kelarutan suatu zat di dalam dua pelarut yang berbeda dan tidak saling bercampur, serta merupakan suatu harga tetap pada suhu tertentu. Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana distribusi suatu senyawa antara dua fase cair yang tidak saling bercampur, tergantung pada interaksi fisik dan kimia antara pelarut dan senyawa terlarut dalam dua fase yaitu struktur molekul.
Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya interaksi bila tercampur dengan bahan kimia lain baik yang berupa makanan, minuman ataupun obat-obatan. Absorpsi obat di dalam tubuh terjadi setelah obat dibebaskan dari bentuk sediaannya. Umumnya agar obat bisa memberikan efek biologis, obat yang telah dibebaskan harus larut dan ditransportasikan oleh cairan tubuh menembus membran biologis, dan dipenetrasi ke tempat kerjanya dan berinteraksi secara spesifik sehingga menyebabkan perubahan-perubahan fungsi sel.
Pada umumnya, obat-obat bersifat asam lemah atau basa lemah. Jika obat tersebut dilarutkan dalam air, maka sebagian akan terionisasi. Besarnya fraksi obat yang terionkan tergantung pH larutannya. Obat-obat yang tidak terionkan lebih mudah larut dalam lipida, dan sebaliknya yang dalam bentuk ion kelarutannya kecil atau bahkan praktis tidak larut, dengan demikian pegaruh pH terhadap kecepatan absorbs obat yang bersifat asam lemah atau basa lemah sangat besar.
Penentuan partisi harus dilakukan dengan air dan pelarut organik dalam jumlah yang sama. Pelarut yang kita gunakan yaitu kloroform dan air. Pelarut kloroform dan air tidak dapat saling campur, tetapi kedua pelarut ini dapat melarutkan sampel. Hal ini disebabkan air merupakan pelarut yang bersifat polar, artinya H2O memiliki keelektronegatifan yang besar dan kemampuannya yang besar untuk membentuk awan elektron sehingga mengimbas menjadi polar.  Sedangkan kloroform merupakan pelarut organik dan termasuk dalam pelarut non polar, dikarenakan didalamnya terdapat atom C yang akan menyebabkan ikatan menjadi simetris. Ikatan yang simetris tersebut akan menyebabkan momen dipol yang kecil. Sementara kepolaran suatu senyawa sangat tergantung pada besar kecilnya momen dipol.
Larutan asam salisilat tersebut diambil dan dimasukkan kedalam gelas kimia dan ditambahkan 25 ml kloroform, kemudian digojok. Tujuan dilakukannya penggojokkan adalah untuk memisahkan antara fase air dan fase lipoid (Minyak). Pada proses ini akan terlihat dua fase yang tidak saling bercampur yaitu minyak dan fase air. Fase air berada dibawah sedangkan fase lipoid berada diatas. Hal ini disebabkan karena minyak mempunyai massa jenis yang lebih kecil daripada air, dan minyak dan air juga tidak dapat saling bercampur sebab gaya tarik menarik antara molekul – molekul air lebih kuat dibandingkan gaya tarik menarik antar molekul minyak sehingga tidak ada kesempatan bagi molekul minyak untuk bercampur dengan molekul air.
Dipisahkan terlebih dahulu fase air dan fase lipoid kedalam gelas kimia agar dapat dengan mudah mengambil fase air untuk dititrasi. Cara dimulai dengan mengambil fase minyak yang berada dibagian atas wadah dengan menggunakan pipet tetes. Tujuannya adalah untuk mendapatkan fase air saja didalam gelas kimia. Kemudian diambil 5 ml dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer. Lalu ditambahkan 5 tetes indicator fenolftalein kedalam Erlenmeyer. Fungsi indikator fenolftalein adalah untuk memberikan perubahan warna pada tahap titrasi sehingga titrasi dapat dihentikan. Proses titrasi dilakukan dua kali dengan volume 5 ml dan 10 ml. Titran yang digunakan adalah NaOH 25 ml. Sampel pertama didapatkan perubahan warna yang tidak terlalu merah muda hal ini dikarenakan terjadinya kesalahan pada indikator fenolftaleinya yang belum bercampur semua larutannya ketika ditambahkan infikator fenolftaleinnya kedalam fase air yang setelah dimasukkan titran sebanyak 15 ml dan sampel kedua didapatkan perubahan warna merah muda setelah dimasukkan titran sebanyak 7 ml.
Koefisien partisi sangat penting dalam bidang farmasi. banyak obat-obat yang mudah larut dalam fase air dalam air tetapi larut dalam fase lipoid. Sebagian besar obat bersifat asam lemah atau basa lemah. Jika obat tersebut dilarutkan dalam air, sebagian akan terionisasi. Besarnya fraksi obat yang terionkan tergantung pH larutannya.

G.    KESIMPULAN
           Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pH berpengaruh terhadap koefisien partisi obat yang bersifat asam lemah dalam campuran pelarut kloroform-air. Semakin tinggi pH suatu larutan maka semakin tinggi pula koefisien partisinya. 



DAFTAR PUSTAKA

Gunardi., Ratna Asmah S., Bambang Tri Purwanto., Edy Sulistyowati., Siti Musinah, 2009, Metode    RPTLC dan Optimasi Fase Gerak Dalam Penetapan Harga Rm Sebagai Salah Satu Parameter Lipofilisitas Dalam Rancangan Obat, Media Indonesia, Volume 43, Nomor 5.

Kasmiyatun, Mega., dan Bakti Joss, 2008. Ekstraksi Asam Sitrat dan Asam Oksalat : Pengaruh Trioctylamine sebagai Extracting Power Dalam Berbagai Solvern Campuran Terhadap Koefisien Distribusi, Jurnal Kimia, Vol.12. No.2.
Mangkoedihardjo, Sarwoko, 2005, Perencanaan Tata Ruang Fitostruktur Wilayah Pesisir Sebagai Penyangga Perencanaan Tata Ruang Wilayah Daratan : Sebuah kajian dengan pendekatan energi, ekosistem, danekologi, Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh  November, Surabaya : 145

Sukmawati, 2010, Efek Berbagai Peningkat Penetrasi Terhadap Penetrasi Perkutan Gel Natrium Diklofenak Secara In Vitro, Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 11, No. 2, 2010.

3 komentar:

  1. terimaksih bos ijin kopas,,,
    mantap,,,bermanfaat
    serbaserbikomplit.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Merkur Progress Gaming Review
    Merkur Progress Gaming is a 메리트카지노 European based subsidiary of Merkur which 1XBET are recognized for sbobet ทางเข้า outstanding quality products and excellent customer service. Rating: 2.5 · ‎Review by Stefan Brule

    BalasHapus