A. TUJUAN
Tujuan praktikum
ini adalah Mengetahui pengaruh pH terhadap koefisien partisi obat yang bersifat
asam lemah dalam campuran pelarut kloroform – air.
B. LANDASAN
TEORI
Koefisien
distribusi atau koefisien partisi didefinisikan sebagai perbandingan antara
fraksi berat solute dalam fase ekstrak dibagi dengan fase berat solute dalam
fase rafinat dalam keadaan kesetimbangan (Kasmiyatun, 2008).
Koefisien partisi tiap zat adalah tetap
sesuai dengan sifat alamiah zat itu sendiri. Psa adalah rasio konsentrasi zat
dalam sediment dan air. Tingkat partisi antara media air dan biota tergantung
pada sifat-sifat zat yaitu hidrofilik (suka air), lipofilik (suka lemak) dan
organofilik (suka zat organik). Partisi zat dalam udara dan tanah tidak dapat langsung
udara dan tanah tetapi melalui intermedia air tanah. Zat-zat udara masuk ke
dalam pori tanah berisi air tanah. Zat itu kemudian terlarut dalam air tanah,
yang dapat siap berpartisi dengan partikel tanah. Sebaliknya, zat-zat dalam
partikel tanah dapat berpartisi dengan air tanah untuk selanjutnya dengan udara
(Mangkoedihardjo, 2005).
Lipofilisitas bisa
dilihat dari koefisien partisi dan ikatan hidrogen. Koefisien partisi merupakan
perbandingan kelarutan di dalam lemak dibanding air. Cl bersifat lipofil (+),
sedangkan OH hidrofil (-). Proses awal penentu obat dalam mencapai target adalah penetrasi atau
absorpsi. Penetrasi obat dalam membran biologi tergantung pada kelarutan obat
dalam lipid. Makin mudah larut dalam lipid, obat tersebut makin mudah menembus
membran dan makin banyak yang diabsorpsi. Hal ini disebabkan sebagian besar
membran biologi tersusun oleh lipid, seperti membran sel pembungkus lambung,
mukosa usus halus dan membran jaringan syaraf. Obat supaya mudah larut dalam lipid harus bersifat non polar atau
lipofilik. Lipofilisitas obat dapat didefinisikan sebagai kadar keseimbangan
numerik kadar obat dalam fase polar dibagi kadar obat dalam fase non polar.
Adapun parameter lipofilisitas yang sering digunakan
dalam hubungan kuantitatif struktur dan aktivitas biologi antara lain adalah
logaritma koefisien partisi, tetap-an pi (π) Hansch, tetapan fragmentasi F Nys
Rekker dan harga Rm. (Gunardi, 2009).
Untuk
meningkatkan fluks obat yang melewati membran kulit, dapat digunakan
senyawa-senyawa peningkat penetrasi. Fluks obat yang melewati membran
dipengaruhi oleh koefisien difusi obat melewati stratum corneum, konsentrasi
efektif obat yang terlarut dalam pembawa, koefisien partisi antara obat dan stratum
corneum dan tebal lapisan membran (Sukmawati, 2010).
C. ALAT
DAN BAHAN
1. Alat
Alat – alat yang
digunakan pada percobaan ini adalah :
Ø
Batang Pengaduk
Ø
Buret 25 ml
Ø
Corong
Ø
Erlenmeyer 250 ml
Ø
Filler
Ø
Gelas Kimia 250 ml
Ø
Gelas Ukur 50 ml
Ø
Pipet Tetes
Ø
Pipet Volum 25 ml
Ø
Statif & Klem
Ø
Timbangan Analitik
2. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah :
Ø Alkohol
95 %
Ø Asam
Salisilat
Ø Aquadest
Ø Indikator
Fenolftalein
Ø Kloroform
Ø NaOH
E.
HASIL PENGAMATAN
1. Tabel
Hasil Pengamatan
No
|
Perlakuan
|
HASIL
|
|
Sebelum
|
Sesudah
|
||
1
|
Larutan Fase
Air 5 ml + 5 tetes Indikator Fenolftalein
|
Larutan Bening
|
Penambahan
NaOH 15 ml menghasilkan Larutan Merah Muda
|
2
|
Larutan Fase
Air 10 ml + 5 tetes Indikator Fenolftalein
|
Larutan Bening
|
Penambahan
NaOH 7 ml menghasilkan Larutan Merah Muda
|
2.
Gambar Hasil Pengamatan
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
|
Sebelum
|
Sesudah
|
||
1
|
5
ml fase air dimasukan kedalam Erlenmeyer & ditambahkan 5 tetes indikator
fenolftalein dan dititrasi dengan 15 ml NaOH
|
||
2
|
10
ml fase air dimasukan kedalam Erlenmeyer & ditambahkan 5 tetes indikator
fenolftalein dan dititrasi dengan 7 ml NaOH
|
F.
PEMBAHASAN
Koefisien partisi merupakan suatu
perbandingan kelarutan suatu zat di dalam dua pelarut yang berbeda dan tidak
saling bercampur, serta merupakan suatu harga tetap pada suhu tertentu.
Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana distribusi suatu senyawa
antara dua fase cair yang tidak saling bercampur, tergantung pada interaksi
fisik dan kimia antara pelarut dan senyawa terlarut dalam dua fase yaitu struktur
molekul.
Obat merupakan bahan kimia yang
memungkinkan terjadinya interaksi bila tercampur dengan bahan kimia lain baik
yang berupa makanan, minuman ataupun obat-obatan. Absorpsi obat di dalam tubuh
terjadi setelah obat dibebaskan dari bentuk sediaannya. Umumnya agar obat bisa
memberikan efek biologis, obat yang telah dibebaskan harus larut dan
ditransportasikan oleh cairan tubuh menembus membran biologis, dan dipenetrasi
ke tempat kerjanya dan berinteraksi secara spesifik sehingga menyebabkan
perubahan-perubahan fungsi sel.
Pada umumnya, obat-obat bersifat
asam lemah atau basa lemah. Jika obat tersebut dilarutkan dalam air, maka
sebagian akan terionisasi. Besarnya fraksi obat yang terionkan tergantung pH
larutannya. Obat-obat yang tidak terionkan lebih mudah larut dalam lipida, dan
sebaliknya yang dalam bentuk ion kelarutannya kecil atau bahkan praktis tidak
larut, dengan demikian pegaruh pH terhadap kecepatan absorbs obat yang bersifat
asam lemah atau basa lemah sangat besar.
Penentuan
partisi harus dilakukan dengan air dan pelarut organik dalam jumlah yang sama.
Pelarut yang kita gunakan yaitu kloroform dan air. Pelarut kloroform dan air
tidak dapat saling campur, tetapi kedua pelarut ini dapat melarutkan sampel.
Hal ini disebabkan air merupakan pelarut yang bersifat polar, artinya H2O
memiliki keelektronegatifan yang besar dan kemampuannya yang besar untuk
membentuk awan elektron sehingga mengimbas menjadi polar. Sedangkan
kloroform merupakan pelarut organik dan termasuk dalam pelarut non polar,
dikarenakan didalamnya terdapat atom C yang akan menyebabkan ikatan menjadi
simetris. Ikatan yang simetris tersebut akan menyebabkan momen dipol yang
kecil. Sementara kepolaran suatu senyawa sangat tergantung pada besar kecilnya
momen dipol.
Larutan
asam salisilat tersebut diambil dan dimasukkan kedalam gelas kimia dan ditambahkan
25 ml kloroform, kemudian digojok. Tujuan dilakukannya penggojokkan adalah
untuk memisahkan antara fase air dan fase lipoid (Minyak). Pada proses ini akan
terlihat dua fase yang tidak saling bercampur yaitu minyak dan fase air. Fase air
berada dibawah sedangkan fase lipoid berada diatas. Hal ini disebabkan karena
minyak mempunyai massa jenis yang lebih kecil daripada air, dan minyak dan air
juga tidak dapat saling bercampur sebab gaya tarik menarik antara molekul –
molekul air lebih kuat dibandingkan gaya tarik menarik antar molekul minyak
sehingga tidak ada kesempatan bagi molekul minyak untuk bercampur dengan
molekul air.
Dipisahkan
terlebih dahulu fase air dan fase lipoid kedalam gelas kimia agar dapat dengan
mudah mengambil fase air untuk dititrasi. Cara dimulai dengan mengambil fase
minyak yang berada dibagian atas wadah dengan menggunakan pipet tetes. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan fase air saja didalam gelas kimia. Kemudian diambil 5
ml dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer. Lalu ditambahkan 5 tetes indicator
fenolftalein kedalam Erlenmeyer. Fungsi indikator fenolftalein adalah untuk
memberikan perubahan warna pada tahap titrasi sehingga titrasi dapat
dihentikan. Proses titrasi dilakukan dua kali dengan volume 5 ml dan 10 ml.
Titran yang digunakan adalah NaOH 25 ml. Sampel pertama didapatkan perubahan
warna yang tidak terlalu merah muda hal ini dikarenakan terjadinya kesalahan
pada indikator fenolftaleinya yang belum bercampur semua larutannya ketika
ditambahkan infikator fenolftaleinnya kedalam fase air yang setelah dimasukkan
titran sebanyak 15 ml dan sampel kedua didapatkan perubahan warna merah muda
setelah dimasukkan titran sebanyak 7 ml.
Koefisien partisi sangat penting dalam bidang farmasi.
banyak obat-obat yang mudah larut dalam fase air dalam air tetapi larut dalam
fase lipoid. Sebagian besar obat bersifat asam lemah atau basa lemah. Jika obat
tersebut dilarutkan dalam air, sebagian akan terionisasi. Besarnya fraksi obat
yang terionkan tergantung pH larutannya.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pH berpengaruh terhadap
koefisien partisi obat yang bersifat asam lemah dalam campuran pelarut
kloroform-air. Semakin tinggi pH suatu larutan maka semakin tinggi pula
koefisien partisinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Gunardi., Ratna Asmah S.,
Bambang Tri
Purwanto., Edy Sulistyowati., Siti Musinah, 2009, Metode RPTLC dan Optimasi Fase Gerak
Dalam Penetapan Harga Rm Sebagai Salah Satu Parameter Lipofilisitas Dalam
Rancangan Obat, Media Indonesia, Volume 43,
Nomor 5.
Kasmiyatun, Mega., dan Bakti Joss, 2008. Ekstraksi Asam Sitrat dan Asam Oksalat :
Pengaruh Trioctylamine sebagai Extracting Power Dalam Berbagai Solvern Campuran
Terhadap Koefisien Distribusi, Jurnal
Kimia, Vol.12. No.2.
Mangkoedihardjo, Sarwoko, 2005,
Perencanaan Tata Ruang Fitostruktur Wilayah Pesisir Sebagai Penyangga
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Daratan : Sebuah
kajian dengan pendekatan energi, ekosistem, danekologi, Jurusan Teknik
Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh
November, Surabaya : 145
Sukmawati, 2010, Efek
Berbagai Peningkat Penetrasi Terhadap Penetrasi Perkutan Gel Natrium Diklofenak Secara In Vitro, Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 11, No. 2, 2010.
terimaksih bos ijin kopas,,,
BalasHapusmantap,,,bermanfaat
serbaserbikomplit.blogspot.com
sama-sama
HapusMerkur Progress Gaming Review
BalasHapusMerkur Progress Gaming is a 메리트카지노 European based subsidiary of Merkur which 1XBET are recognized for sbobet ทางเข้า outstanding quality products and excellent customer service. Rating: 2.5 · Review by Stefan Brule